Senin, 01 Juni 2015

Konsumsi Daging Merah Sebabkan Kanker?



Apakah anda penyuka daging merah? Daging yang berwarna merah sebelum dimasak seperti daging sapi  dan daging kambing. Bila anda termasuk orang yang sangat suka daging merah sebaiknya anda berhati-hati karena beberapa penelitian menemukan hubungan antara konsumsi daging merah dengan penyakit kanker terutama kanker usus besar hingga rectum  atau colorectal cancer (CRC).

Daging prosesan seperti sosis, daging asap dan sebagainya biasanya menggunakan nitrit dan atau nitrat sebagai pengawet. Di dalam saluran pencernaan  nitrit berubah menjadi nitrat kemudian nitrit oksida, nitrit oksida akan bereaksi dengan amina lain misalnya asam amino (hasil penguraian protein) membentuk senyawa N-Nitroso (Pegg & Shahidi, 2000 dalam Marije, 2014). N-nitroso tergolong karsinogenik (dapat memicu kanker) karena berperan dalam pertumbuhan kanker kolorektal.

Daging merah mengandung lebih banyak zat besi bebas dan zat besi terikat heme (hemin) dibanding daging putih ataupun ikan. Joosen et al (2009) menemukan bahwa zat besi terikat heme berpengaruh terhadap resiko kangker usus. Hemin yang terkandung dalam makanan, normalnya  dapat diserap tubuh dalam jumlah tertentu namun bila terlalu banyak maka sebagian hemin dapat memicu terbentuknya radikal bebas yang dapat meningkatkan resiko kanker.

Daging merah biasanya juga diselipi oleh banyak lemak (tergantung bagian mana). Bakteri berbahaya akan tumbuh dengan baik pada kondisi tinggi lemak misalnya bakteri  penghasil sulfat yang dapat memicu perusakan DNA dengan diproduksinya radikal bebas yang berujung pada terbentuknya tumor.

Proses  pengolahan daging baik daging merah maupun putih terutama pada suhu tinggi dapat menghasilkan senyawa heterosiklik amin yang bersifat karsinogenik. Selain itu proses pembakaran tidak sempurna  misalnya saat membakar atau memanggang dapat menghasilkan senyawa hidrokarbon  polisiklik aromatic yang juga bersifat karsinogenik (World Cancer Research Fund, 2007).

Jadi, haruskah kita berhenti makan daging? Bagi orang yang tahan godaan kegurihannya mungkin bisa saja berhenti. Sebagian orang sulit berhenti dari mengkonsumsi daging karena kandungan protein dalam daging cukup tingggi serta kandungan zat besinya yang tinggi dan lebih mudah diserap dibanding zat besi dari sayuran. Mengganti sumber protein  dan zat besi dengan makanan lain merupakan salahsatu pilihan bijak, namun bila hal tersebut merupakan pilihan sulit kita bisa menyiasatinya dengan mengurangi jumlah daging yang dikomsumsi, menghindari daging prosesan, mengkonsumsi daging bersama dengan sayuran karena sayuran mengandung sejumlah fitokimia yang dapat mencegah terbentuknya radikal bebas dari daging yang dikonsumsi (Cung, Lim, & Lee,2013). Masih mau mengkonsumsi daging? Silakan konsumsi dengan bijak dan hati senang karena terlalu memikirkannya juga  bisa membuat stress yang juga bisa menjadi salah satu pemicu kanker. :)

Referensi :

Chung et al. 2013. Molecular Mechanism of Chemopreventive Phytochemicals against gastroenterological Cancer Development. World Journal of Gastroenterology, Volume 19, 2013 984-993

Oostindjer  Marije, Alexander Jan. 2014. The Role of Red and Processed Meat in Colorectal Cancer Development : A Perspective. Meat Science, August 2014, Vol. 97(4) : 583-596

WCRF. 2007. Food, Nutrition, Physical Activity and The Prevention of Cancer: A Global Perspective. Washington DC : AICR.