Jumat, 13 April 2018

KENAPA ZERO WASTE LIFESTYLE?

Prof. (Em.) Paul O'Connet pernah bercerita dalam sebuah kesempatan. Suatu ketika bak kamar mandi seorang pria hampir penuh. Ia kemudian menciduk air dengan gayung untuk membuangnya. Air masih saja penuh, bahkan hampir luber. Ia kemudian menggunakan ember untuk membuang kelebihan air. Ember tak cukup, ia kemudian menggunakan mesin penyedot air. Tak lama kemudian, istrinya datang. Melihat suaminya sibuk, si isteri hanya melangkah mendekati bak kemudian mematikan kran air. Bak berhenti meluap, sang isteri telah memecahkan permasalahan dari akarnya.

Ilustrasi di atas mirip dengan kondisi sampah saat ini. Sekeras apapun upaya membuang sampah, sejatinya tak akan menyelesaikan permasalahan sampah. Sekadar membuang hanya memindahkan masalah. Oleh sebab itu, penutupan kran adalah solusinya. Bagaimana menutupnya? Tak semudah menutup kran air tentunya, kran satu ini agak macet memang,  tapi bisa diusahakan. Zero waste lifestyle adalah salah satu upaya tersebut. Bagaimana memulainya? Saya akan bercerita lain waktu. Kamu punya cerita seputar zero waste? Yuk, tulis di kolom komentar!

AKHIRNYA DISUNTIK JUGA

"Yah, nanti pas bunda disuntik tolong video ya!” ucap Si Kecil sambil mengerling ke  arahku. Dulu  aku membujuknya habis-habisan agar mau disuntik saat ada program vaksinasi di sekolah. Tahu  bahwa ibunya harus divaksin, ia seperti balas dendam. Ia seperti tahu jauh di kedalaman hati, sebenarnya aku juga takut ketemu jarum suntik. Ah, sungguh memalukan.  Dulu sebenarnya aku pernah bercita-cita menjadi dokter namun urung mendaftar ke jurusan kedokteran karena orang tua keberatan. Untung saja tak jadi, masa iya dokter takut jarum suntik.

Selasa 27 Maret kebetulan tak ada jadwal. Aku dan suami memutuskan untuk vaksinasi hari itu. Degdegan sih sebetulnya, tapi sekarang atau nanti tetap akan disuntik bukan? Berdasarkan informasi dari teman, vaksinasi meningitis dapat diperoleh di Rumah Sakit Pelabuhan. Di  Bandung kabarnya berlokasi di Jalan Cikapayang. Kucari lokasi Rumah Sakit Pelabuhan dalam Googlemap ternyata tak ditemukan. Tiba di Jalan Cikapayang,kami bertanya kepada petugas kebersihan jalan. Ternyata benar ada, namun bukan rumah sakit melainkan Kantor Kesehatan Pelabuhan.

Tiba di KKP, kami pun melakukan pendaftaran online menggunakan komputer yang disediakan. Fotokopi passport dan foto 4x6 yang kami siapkan ternyata tak diminta. Setelah mengisi data seperti nama, nomor passport dan sebagainya, kuambil foto didepan komputer dengan mengklik tombol “nyalakan kamera” dan ”ambil gambar”. Kertas nomor antrian kemudian keluar otomatis.

Kami kemudian menuju lantai  2. Aku sedikit gugup saat dipanggil dan disuruh memasukkan lengan kanan ke dalam tensimeter otomatis. Aku pikir, alat suntik sekarang sudah berubah. Hahaha….begitulah kalau sudah fobia jarum suntik. Di loket itu sebenarnya hanya dilakukan pemeriksaan tekanan darah dan pengecekan kesehatan secara umum. Dari loket itu, selanjutnya aku menuju loket pembayaran. Biaya yang harus dibayarkan adalah tiga ratus lima ribu rupiah. Ada biaya tambahan dua piluh lima ribu bagi wanita usia subur untuk kit pemeriksaan kehamilan.

Usai membayar, aku diarahkan menuju ruang suntik, laki dan perempuan terpisah. Sebelum disuntik, aku diminta melakukan tes urin sendiri di toilet yang disediakan. Hasilnya diperlihatkan kepada petugas. Langkah-langkah tes dipampang jelas di dinding toilet, namun masih saja ada yang salah misalnya urin malah dibawa ke meja petugas. Duh, bagaimana kalau tumpah? Sebagian orang ada juga yang membuang wadah berisi urin langsung ke dalam tong sampah tanpa membuang urinnya terlebih dahulu ke dalam kloset, sehingga tempat sampah menjadi basah dan berbau.

Akhirnya tiba giliranku disuntik. Kuarahkan pandangan ke jendela dengan maksud mengalihkan konsentrasi. Tiba-tiba rasa digigit semut menyapa lengan atasku, tak lebih dari satu detik rasanya. Setelahnya, ada sedikit rasa pegal. Ah, ternyata jarum suntik tak sampai menelanku. Yes, akhirnya aku disuntik dan rasanya tak seseram yang dibayangkan. Keluar dari ruang suntik kuserahkan bukti suntik dan bukti pembayaran ke loket terakhir untuk ditukar dengan buku bukti vaksinasi. Oya, kalau mau divaksin sebaiknya kenakan pakaian dengan lengan longgar atau baju bukaan depan untuk memudahkan.

MULAI DARI YANG KECIL

Bahagia itu sederhana, bisa berkumpul dengan tetangga meski belum semua. Hari minggu semua rela meluangkan waktu,  demi apa? Demi bersama-sama menjaga lingkungan. Hmm... Kali ini pertama kalinya Euceu presentasi dalam bahasa sunda,  padahal memang orang sunda.

Terima kasih tak terhingga kepada Pak RW,  para RT,  tokoh masyarakat juga ibu-ibu PKK. Ibu-ibu pada semangat mau lanjut praktek bikin kompos setelah tahu betapa berbahayanya bila sampah organik dan anorganik bercampur.

Ah... Gembira hati ini melihat antusiasme mereka. Hihi... Lebay ya Euceu? Tapi,  begitulah... Da aku mah apa atuh, belum bisa ngurus yang besar-besar. Sedikit melakukan hal kecil juga sudah bahagia.

#PelatihanManajemenSampahRumahTangga
#ThinkGloballyActLocally
#JourneyToZerowaste
#MenujuIndonesiaBebasSampah2030