Apakah anda penyuka daging merah?
Daging yang berwarna merah sebelum dimasak seperti daging sapi dan daging kambing. Bila anda termasuk orang
yang sangat suka daging merah sebaiknya anda berhati-hati karena beberapa
penelitian menemukan hubungan antara konsumsi daging merah dengan penyakit
kanker terutama kanker usus besar hingga rectum atau colorectal cancer (CRC).
Daging prosesan seperti sosis,
daging asap dan sebagainya biasanya menggunakan nitrit dan atau nitrat sebagai
pengawet. Di dalam saluran pencernaan
nitrit berubah menjadi nitrat kemudian nitrit oksida, nitrit oksida akan
bereaksi dengan amina lain misalnya asam amino (hasil penguraian protein)
membentuk senyawa N-Nitroso (Pegg & Shahidi, 2000 dalam Marije, 2014).
N-nitroso tergolong karsinogenik (dapat memicu kanker) karena berperan dalam
pertumbuhan kanker kolorektal.
Daging merah mengandung lebih
banyak zat besi bebas dan zat besi terikat heme (hemin) dibanding daging putih
ataupun ikan. Joosen et al (2009) menemukan bahwa zat besi terikat heme berpengaruh
terhadap resiko kangker usus. Hemin yang terkandung dalam makanan,
normalnya dapat diserap tubuh dalam
jumlah tertentu namun bila terlalu banyak maka sebagian hemin dapat memicu
terbentuknya radikal bebas yang dapat meningkatkan resiko kanker.
Daging merah biasanya juga
diselipi oleh banyak lemak (tergantung bagian mana). Bakteri berbahaya akan
tumbuh dengan baik pada kondisi tinggi lemak misalnya bakteri penghasil sulfat yang dapat memicu perusakan
DNA dengan diproduksinya radikal bebas yang berujung pada terbentuknya tumor.
Proses pengolahan daging baik daging merah maupun
putih terutama pada suhu tinggi dapat menghasilkan senyawa heterosiklik amin
yang bersifat karsinogenik. Selain itu proses pembakaran tidak sempurna misalnya saat membakar atau memanggang dapat
menghasilkan senyawa hidrokarbon polisiklik
aromatic yang juga bersifat karsinogenik (World Cancer Research Fund, 2007).
Jadi, haruskah kita berhenti
makan daging? Bagi orang yang tahan godaan kegurihannya mungkin bisa saja
berhenti. Sebagian orang sulit berhenti dari mengkonsumsi daging karena
kandungan protein dalam daging cukup tingggi serta kandungan zat besinya yang
tinggi dan lebih mudah diserap dibanding zat besi dari sayuran. Mengganti
sumber protein dan zat besi dengan
makanan lain merupakan salahsatu pilihan bijak, namun bila hal tersebut
merupakan pilihan sulit kita bisa menyiasatinya dengan mengurangi jumlah daging
yang dikomsumsi, menghindari daging prosesan, mengkonsumsi daging bersama
dengan sayuran karena sayuran mengandung sejumlah fitokimia yang dapat mencegah
terbentuknya radikal bebas dari daging yang dikonsumsi (Cung, Lim, &
Lee,2013). Masih mau mengkonsumsi daging? Silakan konsumsi dengan bijak dan
hati senang karena terlalu memikirkannya juga
bisa membuat stress yang juga bisa menjadi salah satu pemicu kanker. :)
Referensi :
Chung et al. 2013. Molecular
Mechanism of Chemopreventive Phytochemicals against gastroenterological Cancer
Development. World Journal of Gastroenterology, Volume 19, 2013 984-993
Oostindjer Marije, Alexander Jan. 2014. The Role of Red
and Processed Meat in Colorectal Cancer Development : A Perspective. Meat
Science, August 2014, Vol. 97(4) : 583-596
WCRF. 2007. Food, Nutrition,
Physical Activity and The Prevention of Cancer: A Global Perspective. Washington
DC : AICR.