Jam satu siang kemarin sekolah
terasa sepi, pasalnya setiap jum’at KBM memang selesai sekitar pukul 11.00,
beberapa guru berkumpul di sebuah ruangan untuk mengikuti English Class bersama
seorang native dari Ohio. Salah seorang guru tiba-tiba minta ijin untuk
menerima telpon di luar, tampaknya ia sangat serius. Hal tersebut membuat kami
penasaran.
Usai belajar beliau kemudian bercerita bahwa
beliau mendapat telpon yang mengabarkan bahwa anaknya tengah berada di kantor
polisi karena kedapatan sedang menggunakan narkoba. Si Ibu hampir tak percaya
jika anaknya menggunakan narkoba. Sangat logis memang anak beliau memang saya
kenal cukup baik di kelas karena kebetulan anak beliau sempat saya ajar.
Rasanya tak ada tanda-tanda bahwa anak itu adalah “pengguna”. Si Ibu kemudian
terkagetkan dengan suara mirip anaknya di telpon yang sedang menangis karena
sedang dipukuli di kantor polisi.” Polisi” yang berbicara ditelpon kemudian
menyatakan bahwa beliau bisa menebus anaknya dari kantor polisi asal beliau
tidak mengatakannya kepada siapa pun. Ia meminta tebusan tiga puluh juta
rupiah.
Dalam keadaan bingung beliau
mencari Wakasek kesiswaan, namun beliau sedang tidak ada di tempat. Beliau
kemudian bertemu dengan salah seorang pegawai tata usaha dan menyarankan supaya
si Ibu menghubungi ponsel anaknya. Ya, sebuah ide yang mungkin tak terpikirkan
saat seorang ibu sangat khawatir dengan anaknya. Ia kemudian mengikuti saranya,
dan….. saat nomor ponsel sang anak dihubungi yang menjawab ternyata anaknya
sendiri yang sedang adem ayem ada di rumah. Lalu, anak yang menangis tadi di
telpon yang katanya sedang dipukuli di kantor polisi itu siapa? Dia memang
seorang anak dari salah seorang wanita di dunia ini tentunya.
Hampir saja Ibu Guru tadi tertipu.
Alhamdulillah saat panik ia masih bisa berpikiran jernih dan meminta pendapat
orang lain. So, Ibu-ibu atau siapa pun jangan langsung percaya dengan suatu
informasi apalagi dari orang yang jelas-jelas tidak kita kenal, upayakan
selalu ceck and receck!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar