Minggu, 08 Maret 2020

Asmara Nusantara (PK-159 Bagian I)

Saat itu kamu pakai baju merah
Yang kutahu aku pakai baju putih
Kita bergandengan menyusuri kota
Dan cinta kita seperti Indonesia

Lagu asmara nusantara milik Budi Doremi mengalun dari Aula Pelangi Mercure Hotel. Para peserta PK LPDP Angkatan 159 berhamburan masuk ke dalam ruangan. Cepat tapi tidak tergesa-gesa, sigap tapi tetap santai. Sebagian peserta yang tengah makan di ruang makan yang tepat berada di depan aula terlihat terburu-buru menghabiskan makanannya. Makanan lezat dengan penampilan menarik yang masih tertata di meja saji nampaknya sudah tak lagi dilirik. Pesonanya hilang tersalip melodi Asmara Nusantara. Ya, inilah asmara. Asmara bagiku kini bukan sekadar perasaan senang kepada lawan jenis seperti definisinya dalam KBBI. Lebih dari itu asmara adalah sebuah kata kerja, asmara adalah mencurahkan segenap perhatian kepada sesuatu yang menjadi fokus. Apa lagi fokus Kami bila mendengar Asmara Nusantaranya Budi Doremi jika bukan siap mengikuti acara Persiapan Keberangkatan (PK) dengan tepat waktu. Lagu tersebut akan diputar sebagai Class Call sepuluh menit sebelum acara dimulai.

Para peserta tampak berkumpul di depan papan kehadiran masing-masing kelompok. Ada Kelompok Borobudur, Bromo, Derawan, Piaynemo, Toba serta Wakatobi kelompokku. Nama kelompok diambil dari nama Tempat Wisata berhubung Tema yang diambil PK-159 adalah pariwisata. Kuhampiri Mbak Irma untuk mendapatkan stiker smiley. Perempuan berwajah manis itu menyodorkan selembar stiker yang berisi 35 emoji smiley. Sorot lembut matanya kulihat di balik kaca matanya. Ah, para PA (Perwakilan Angkatan) itu begitu perhatian. Betapa tidak, mereka bukan hanya mengurus diri mereka sendiri melainkan memperhatikan teman-teman seangkatan. Big thanks to para PA (Kak Cindy, Kak Irma, Kak Akhir, Kak Martino, Kak Yeni). Aku dan Mas Aziz Sang Ketua bergiliran mengambil stiker Class Call. Tidak dibuat jadwal khusus oleh Sang Ketua, tak ada perintah otoriter namun siapa yang lebih dulu hadir di antara kami akan mengambilnya. Ini yang kusebut sebagai harmoni.

"Teh, perlu gunting?" tanya Barki sambil merogoh tasnya. Ia menyodorkan gunting miliknya. Sejuk rasanya berada dalam kelompok yang saling membantu. Yudi, Agus, Rinto kadang membantu memisahkan stiker smiley yang saling menempel setelah digunting. Satu per satu peserta menempelkan stiker smiley pada kolom masing-masing. "Mbak, minta satu untuk Maurin" seorang ibu menghampiriku. Ya, beliau adalah Ibunda dari adik kami tersayang Maurin salah seorang peserta PK yang spesial. Maurin melihat bukan dengan mata tapi dengan jiwa. Bagiku, ini adalah asmara, seorang Ibu yang dengan penuh kasih mendampingi anaknya untuk mengikuti acara. Sesekali Nana, Puteri atau Aku yang akan menempelkan stiker untuk Maurin setelah tahu bahwa Maurin sudah tiba di ruangan.

Yang paling sigap menempel stiker adalah Arum. Setelah menempel stiker ia akan meminta izin keluar ruangan untuk pumping ASI berhubung dosen muda satu ini memiliki bayi. Bagiku ini adalah asmara, kasih seorang ibu demi anaknya membuat ia rela bersusah payah menyisihkan waktu untuk memastikan produksi ASI bisa berjalan lancar sekembalinya nanti dari PK plus menabung ASI juga. Ups, Arum pernah dipanggil PA dikira terlambat karena aku lupa lapor ketua. Sejak saat itu setelah Arum izin aku akan memastikan Mas Aziz tahu ke mana salah seorang anggotanya ini pergi. (To Arum, maaf ya Dek pernah membuatmu kena tegur).

Kuperhatikan satu per satu nama di papan selagi Asmara Nusantara mengalun. "Mas Aziz mana?" " Ada Teh di depan aula, sebentar lagi mungkin ke sini" ucap salah seorang teman. Bila ada yang belum hadir, salah seorang anggota akan membantu mencarikan. Mataku menyisir satu per satu nama anggota kelompok. Aziz (Makarim) lelaki Santuy nan cerdas yang akan berkuliah di London, Fadlil ekonom yang melanjutkan ke UNAIR, Munajib santri asal Pasuruan yang logatnya tak diragukan "ke-jawaannya", Adit tim Pubdok dari kelompok kami, Adli fisikawan yang akan melanjutkan studi ke Jerman, Agus Sang MC, Barky pemuda tegap yang akan berkuliah di Amerika, Akbar Yusuf Dosen Akuntansi asal Kupang, Alef calon mahasiswa UCL yang mendapat kadoku saat sesi tukar kado, Arum Dosen muda yang tak hanya cerdas dalam bidangnya (Ilmu Komunikasi) namun juga pandai menari, Anggri lulusan National Cheng Kung University yang kini menjadi  dosen sekaligus mahasiswa UI, Anita Dosen lembut yang melanjutkan studi di UGM, Asep lelaki pendiam yang akan mengambil PhD di UQ, Dewi Dosen muda nan cerdas temanku mengerjakan project SOS saat kantuk menerjang (ups, jangan bilang-bilang ya!), Puteri perempuan cantik asal Timor yang melanjutkan studi di Hukum UGM, Erni dosen keperawatan yang juga berjiwa seni (Lagu Angkatan PK-159 dia yang nyiptain lho), Fikry pria berambut ikal yang melanjutkan studi Ilmu Komunikasi UGM, Hendry dosen yang melanjutkan studi Pengindraan Jauh di IPB, Hilmy dosen kalem, penuh perhatian terhadap keluarga yang akan mengambil PhD di UWA, Iqbal lelaki muda yang akan melanjutkan studi di UI, Izza gadis cantik lulusan Nagoya University, Maurin Young Lady yang sangat menginspirasi, Sudirboy eh Sudirman sastrawan yang melanjutkan studi di UNY, Zulfiqar tim Integrity Sport dari kelompok kami, Echi dosen asal Ambon yang tak hanya cerdas namun sangat perhatian pada teman (dia aktivis lingkungan juga), Faried ASN cool yang akan melanjutkan studi di UGM, (m)Ba Nana dosen gizi yang tak hanya memperhatikan asupan jasmani tapi juga rohani, Rinto PNS muda yang akan melanjutkan studinya di UGM, Mbak Sul yang akan mengambil Master di UniMelb, Umroh yang akan mengambil Data Science di Glasgow, Widya dosen muda yang akan melanjutkan studi ke UGM, Yudi sosiolog yang akan melanjutkan studi ke UGM dan satu lagi aku Nurul seorang guru yang berani-beraninya bermimpi mengambil PhD di Monash Uni (do'akan segera dapet LoA ya Gaes!).

Bila anggota kelompok telah lengkap menempel stiker lega rasanya. Apakah ini karena aku ketua puteri yang tetiba ditunjuk di hari pertama PK untuk membantu ketua putera? tidak sama sekali! Ini semata karena aku merasa menjadi bagian tak terpisahkan dari keluarga Wakatobi. Lantas bagaimana bila ada beberapa anggota kelompok yang belum hadir padahal 3 putaran lagu hampir habis? Kesal? Marah? Tidak sama sekali! Mas Aziz Sang Ketua atau anggota kelompok akan mencari dan aku kan menunggu di depan papan absen seperti seorang kakak yang menantikan adiknya pulang. Di sini, di PK-159 cinta mengalami perluasan makna. Di sini cinta bukan sekadar rasa ia adalah sebuah kata kerja yang berwujud nyata, bersama-sama berupaya untuk kebaikan bersama. PK-159 Gardhika Khatulistiwa, Siap Berkaya Indonesia Jaya!