Jumat, 13 April 2018

AKHIRNYA DISUNTIK JUGA

"Yah, nanti pas bunda disuntik tolong video ya!” ucap Si Kecil sambil mengerling ke  arahku. Dulu  aku membujuknya habis-habisan agar mau disuntik saat ada program vaksinasi di sekolah. Tahu  bahwa ibunya harus divaksin, ia seperti balas dendam. Ia seperti tahu jauh di kedalaman hati, sebenarnya aku juga takut ketemu jarum suntik. Ah, sungguh memalukan.  Dulu sebenarnya aku pernah bercita-cita menjadi dokter namun urung mendaftar ke jurusan kedokteran karena orang tua keberatan. Untung saja tak jadi, masa iya dokter takut jarum suntik.

Selasa 27 Maret kebetulan tak ada jadwal. Aku dan suami memutuskan untuk vaksinasi hari itu. Degdegan sih sebetulnya, tapi sekarang atau nanti tetap akan disuntik bukan? Berdasarkan informasi dari teman, vaksinasi meningitis dapat diperoleh di Rumah Sakit Pelabuhan. Di  Bandung kabarnya berlokasi di Jalan Cikapayang. Kucari lokasi Rumah Sakit Pelabuhan dalam Googlemap ternyata tak ditemukan. Tiba di Jalan Cikapayang,kami bertanya kepada petugas kebersihan jalan. Ternyata benar ada, namun bukan rumah sakit melainkan Kantor Kesehatan Pelabuhan.

Tiba di KKP, kami pun melakukan pendaftaran online menggunakan komputer yang disediakan. Fotokopi passport dan foto 4x6 yang kami siapkan ternyata tak diminta. Setelah mengisi data seperti nama, nomor passport dan sebagainya, kuambil foto didepan komputer dengan mengklik tombol “nyalakan kamera” dan ”ambil gambar”. Kertas nomor antrian kemudian keluar otomatis.

Kami kemudian menuju lantai  2. Aku sedikit gugup saat dipanggil dan disuruh memasukkan lengan kanan ke dalam tensimeter otomatis. Aku pikir, alat suntik sekarang sudah berubah. Hahaha….begitulah kalau sudah fobia jarum suntik. Di loket itu sebenarnya hanya dilakukan pemeriksaan tekanan darah dan pengecekan kesehatan secara umum. Dari loket itu, selanjutnya aku menuju loket pembayaran. Biaya yang harus dibayarkan adalah tiga ratus lima ribu rupiah. Ada biaya tambahan dua piluh lima ribu bagi wanita usia subur untuk kit pemeriksaan kehamilan.

Usai membayar, aku diarahkan menuju ruang suntik, laki dan perempuan terpisah. Sebelum disuntik, aku diminta melakukan tes urin sendiri di toilet yang disediakan. Hasilnya diperlihatkan kepada petugas. Langkah-langkah tes dipampang jelas di dinding toilet, namun masih saja ada yang salah misalnya urin malah dibawa ke meja petugas. Duh, bagaimana kalau tumpah? Sebagian orang ada juga yang membuang wadah berisi urin langsung ke dalam tong sampah tanpa membuang urinnya terlebih dahulu ke dalam kloset, sehingga tempat sampah menjadi basah dan berbau.

Akhirnya tiba giliranku disuntik. Kuarahkan pandangan ke jendela dengan maksud mengalihkan konsentrasi. Tiba-tiba rasa digigit semut menyapa lengan atasku, tak lebih dari satu detik rasanya. Setelahnya, ada sedikit rasa pegal. Ah, ternyata jarum suntik tak sampai menelanku. Yes, akhirnya aku disuntik dan rasanya tak seseram yang dibayangkan. Keluar dari ruang suntik kuserahkan bukti suntik dan bukti pembayaran ke loket terakhir untuk ditukar dengan buku bukti vaksinasi. Oya, kalau mau divaksin sebaiknya kenakan pakaian dengan lengan longgar atau baju bukaan depan untuk memudahkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar