Minggu, 06 Mei 2018

Bukan Tersesat

Minggu 06 Mei 2018 adalah hari terakhir kami berasyik masyuk dengan Mekah Almukaromah karena besok dini hari harus sudah bersiap-siap check out. Ada rasa berat di hati laksana berpisah dengan kekasih. Saat sarapan pagi terlintas dalam pikiran ingin lebih mengeksplor lagi Masjid Al Haram. Semoga saja Allah takdirkan kembali suatu saat.

Meski berangkat bersama dengan suami, karena tempat sholat kami terpisah kami bersepakat untuk menjadikan ATM Rajhi Bank di depan pintu exit 1 sebagai meeting point. Usai dzuhur di lantai 4 aku sedikit berjalan mencari spot untuk memotret kertas bertuliskan beberapa kalimat untuk oleh-oleh. Sayangnya pencahayaan kurang pas,  sehingga aku urung memotret, maka kuputuskan untuk segera turun menuju tempat janjian. Eskalator tempat tadi naik tidak kutemukan. Sudahlah yang penting turun saja, nanti juga kalau sudah di luar gampang.

Saat keluar,  suasana terlihat asing, wajah melayu tak kutemui. Kuikuti langkah orang-orang di sekitar seperti daun yang jatuh di aliran sungai. Aku baru tersadar bahwa aku telah jauh dari meeting point saat di hadapanku terlihat sebuah bukit gersang dengan beberapa buah bangunan. Kubuka pesan WA, "Bun, di mana?". "Entah dimana, tapi tunggu saja!" sebuah jawaban absurd bukan? Aku bukan tersesat, aku hanya butuh waktu lebih mencari jalan pulang.
Sambil memotret beberapa spot menarik, kuputuskan mencari askar. Tak terpikir sedikit pun untuk membuka Google Map. Hahaha...memangnya bisa ya pakai Google Map di sini?

Tiba di Gate Al Arqam dua orang Askar berseragam ala tentara dan dua orang bersorban ala pangeran Arab tengah berjaga. Kuhampiri salah satunya,  "Assalamu'alaikum...I think I'm getting lost". Sang Askar mengangkat bahu dan tangan sembari memiringkan kepala."How do I get to eighty eight Gate?" tanyaku penuh harap. "Eighty eight?" tanyanya. Aku mengangguk, mataku berbinar berharap sang askar menunjukkan jalan. Akan tetapi bukannya arah yang ia tunjukkan, malah smart phone miliknya yang ia tunjuk dengan jarinya. Duh, apa maksudnya? Kucoba terka makna isyarat telunjuknya. Kubuka hand phone, kutuliskan angka 88 dan kutunjukkan padanya. Ia manggut-manggut, lalu menunjukkan arah dengan lengan kanannya.

Kulangkahkan kaki sesuai Arah yang ditunjukkan askar. Setelah melewati tempat funeral praying dari kejauhan kulihat depot air dekat pintu keluar satu, jalan yang belakangan ini kulalui menuju ataupun meninggalkan masjid. Alhamdulillah... Aku bukan tersesat, hanya sedikit berkesempatan menginjakkan kaki di beberapa tempat yang belum aku singgahi di sekitar Masjidil Haram.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar