Jumat, 09 November 2012

Aku Enggak Mau Sekolah

“Bunda, aku ga akan sekolah ah” jagoanku yang memang belum bersekolah itu tiba-tiba nyeplos sebelum beranjak ke tempat tidur. “Lho, memangnya kenapa?” tanyaku heran. “ Aku mau di rumah aja ah, biar bisa main terus” jawabnya polos. “Di sekolah juga main lho.” Aku berusaha menjelaskan. “Engga Bunda, di sekolah itu bukan main tapi berajar” ucapnya.
“O ya?”
“Iya Bunda, di sekolah itu nanti berajar matematika. Bunda tahu engga matematika apa?”
“Engga, memangnya apa?”
“ Matematika itu berhitung Bunda, ih pusing”
What? Aku tambah bengong anak usia empat tahun sudah kenal kata pusing. Aku berusaha menganalisis mengapa anakku menganggap matematika itu pusing dan di sekolah itu tempat belajar bukan bermain seolah bermain dan belajar itu dua hal yang bertolak belakang dan keduanya tak bisa disatukan.
Setiap hari sebetulnya dia belajar berhitung meski tak pernah dilabeli matematika atau berhitung. Dia bahkan belajar atas kemauannya sendiri, dimulai menghitung jarinya hingga kemudian dia memahami symbol jumlah berupa angka. Belakangan bahkan dia sering menanyakan volume, menanyakan penjumlahan tak hanya satuan tapi puluhan bahkan ratusan. Tapi mengapa dia menganggap jika matematika itu sulit? Dia tak sadar bahwa hari-harinya penuh dengan matematika.
Selidik punya selidik, image matematika itu sulit, sekolah itu mengekang kebebasan bermain pasti diperolehnya dari lingkungan. Selama ini dia banyak menghabiskan waktu dengan teman-teman sepermainannya, sebagian besar teman-teman bermainnya sudah bersekolah baik di PAUD maupun TK. Sering pula ia bermain dengan famili dan anak-anak usia SD. Sepertinya “image” tadi ia dapatkan dari teman-teman bermainnya. Kalau demikian adanya, ini jadi PR besar untuk orang tua dan guru agar anak merasa senang bersekolah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar