Kamis, 18 Januari 2018

Apresiasi

Mungkin sudah sifat manusia, ia senang diapresiasi. Ada yang lantas kecewa, marah atau bahkan balik kanan karena merasa tak diapresiasi. Di sisi lain ada juga yang kurang sensitif melihat kebaikan yang telah dilakukan, sepertinya biasa-biasa saja, sehingga lupa mengapresiasi.

Kita mungkin pernah berada dalam kedua posisi tersebut. Lantas bagaimana agar hati kita tetap lapang? (pendapat saya ini mah, heu...heu...)

Bila kita telah melakukan kebaikan, jangaaan....sedikitpun berharap apresiasi dari orang. Jangaaaan....terpengaruh dengan pujian maupun hinaan. Adapun saat mendapat pujian, kembalikan semua kepada Allah. Bukankah kita dapat berbuat baik itu semata atas karunia-Nya? Bila mendapat hinaan, mari beristighfar, bukankah bisa jadi sebenarnya kita lebih buruk dari apa yang dihinakan? Berdo'a saja semoga Allah menghapus keburukan-keburukan dari diri kita.

Sebaliknya saat kita dalam posisi melihat kebaikan orang, mari mengapresiasi sebisa kita. Mengucap terima kasih, mengacungkan jempol, menyebut "Hebat!" sambil tersenyum tidaklah susah bukan? Namun semua harus dilakukan segenap hati.

Akhirnya, bagi seorang mukmin, pandangan yang sejati adalah pandangan dari Rabbnya,
"Dan bekerjalah kamu, niscaya Allah, Rasul dan orang-orang beriman akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada Allah yang Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepadamu apa yang kamu kerjakan" (QS. At-Taubah : 105)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar