Kamis, 25 Januari 2018

Keramas Tanpa Shampo

Belakangan saya berpikir keras untuk mengurangi penggunaan sampah plastik karena plastik sulit terurai dan daur ulang bukanlah solusi berkelanjutan serta alasan-alasan lainnya. Saat shampo hampir habis, saya mencari-cari toko refill shampo tapi belum menemukan. Biasamya sih saya beli dalam kemasan yang cukup besar demi meminimalisasi sampah. Sebotol shampo 640 ml bisa untuk berbulan-bulan dipakai bertiga saya, suami dan anak lelaki kami.

Sempat terinspirasi buat beli shampo batangan tapi belum nemu di toko-toko terdekat. Selanjutnya saya cari ide dengan googling, buka-buka pinterest dan youtube. Cukup banyak resep untuk membuat shampo batangan tapi  beberapa bahan seperti alkali dan minyak esensial belum tersedia di rumah. Akhirnya saya ikutan keramas "No-poo" alias tanpa shampoo. Lho, memangnya bersih?

Saya pakai baking soda yang ada di dapur sudah cukup lama karena jarang digunakan. Caranya? Saya basahi rambut, ambil baking soda, ratakan ke kulit kepala dan rambut sambil dipijat-pijat. Setelah dibilas saya semprotkan cuka apel 10 % (1 bagian cuka apel, 9 bagian air) untuk menghilangkan sisa-sisa alkali lalu didiamkan sekitar dua menit. Sebenarnya enggak tepat 2 menit sih, berhubung di kamar mandi enggak ada jam. Akhirnya kepala dibilas lagi, bilasan terakhir pakai air dingin agar pori-pori kulit tertutup.

Hasilnya? Maaf ya gak bisa difoto sehubungan dengan ajaran yang saya yakini, hanya bisa diceritakan. Selesai keramas, aroma cuka apel masih sedikit tercium, tapi setelah kering baunya hilang. Kulit kepala alhamdulillah cukup bersih hanya sedikit gatal di daerah tertentu, kayaknya semprotan cuka apelnya kurang banyak di daerah itu. Untuk rambut sendiri jadi kurang halus, enggak kayak shampo biasa. Lho kok? Shampo biasa ada yang mengandung silikon untuk melapisi rambut sehingga rambut terasa halus. Kemungkinan rambut jadi agak kasar karena silikonnya terkikis, mudah-mudahan kulit kepala cepat menyesuaikan diri untuk melembapkan rambut dengan minyak alaminya.

Sekian review keramas tanpa shampo kali ini. Saya mau coba juga buat shampo dan pelembut dari bahan yang ada di sekitar. Kalau ada perkembangan, nanti saya bercerita lagi 😉.

Kamis, 18 Januari 2018

Komposisi Nu Amoorea

Sejak 6 Agustus 2017, saya pakai beauty bar plus Nu Amoorea. Kenapa pilihannya jatuh ke Amoorea? Kapan-kapan lah insya Allah ditulis.

Sekarang mau nitip catatan dulu di blog ini kalau komposisi BB plus Amoorea ini adalah : dysodium lauryl sulfosuccinate, sodium coco-sulfate, triticum vulgare (wheat) strarch, cetearyl alcohol, talcum, glycerin, heilmoor clay, water, fragrance, algae extract, polyglucuronic acid, malus domestika fruit cell culture extract, xanthan gum, licithin, phenoxethanol, olea europea (olive) fruit oik, butylene glycol, glycyrrhiza glabra (licoric) root extract, propylene glycol, camelia sinensis (green tea) extract, mekaleuca alternifolis (tea tree) leaf oil.

Fungsi dan sifat dari masing-masing zat tersebut. Insya Allah dibahas lain kali ya. Kalau mau tanya-tanya tentang Amoorea boleh chat 083821388231 ya😉

Apresiasi

Mungkin sudah sifat manusia, ia senang diapresiasi. Ada yang lantas kecewa, marah atau bahkan balik kanan karena merasa tak diapresiasi. Di sisi lain ada juga yang kurang sensitif melihat kebaikan yang telah dilakukan, sepertinya biasa-biasa saja, sehingga lupa mengapresiasi.

Kita mungkin pernah berada dalam kedua posisi tersebut. Lantas bagaimana agar hati kita tetap lapang? (pendapat saya ini mah, heu...heu...)

Bila kita telah melakukan kebaikan, jangaaan....sedikitpun berharap apresiasi dari orang. Jangaaaan....terpengaruh dengan pujian maupun hinaan. Adapun saat mendapat pujian, kembalikan semua kepada Allah. Bukankah kita dapat berbuat baik itu semata atas karunia-Nya? Bila mendapat hinaan, mari beristighfar, bukankah bisa jadi sebenarnya kita lebih buruk dari apa yang dihinakan? Berdo'a saja semoga Allah menghapus keburukan-keburukan dari diri kita.

Sebaliknya saat kita dalam posisi melihat kebaikan orang, mari mengapresiasi sebisa kita. Mengucap terima kasih, mengacungkan jempol, menyebut "Hebat!" sambil tersenyum tidaklah susah bukan? Namun semua harus dilakukan segenap hati.

Akhirnya, bagi seorang mukmin, pandangan yang sejati adalah pandangan dari Rabbnya,
"Dan bekerjalah kamu, niscaya Allah, Rasul dan orang-orang beriman akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada Allah yang Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepadamu apa yang kamu kerjakan" (QS. At-Taubah : 105)

Kamis, 11 Januari 2018

Rumah Cinta

Ada cinta di setiap jengkal tanahnya
Ada cinta dalam setiap molekul udaranya
Ada cinta di setiap wajah penghuninya

Terima kasih telah mengajariku cinta
Cintamu telah mengisi semesta sukma
Kemanapun pergi kan kubawa cinta
Karena cinta tak kan pernah sirna
Ianya kan terus mengganda
Kemanapun kaki melangkah,
Bukan tuk memindahkan cinta
Melainkan menebar, menduplikasi cinta

Senin, 08 Januari 2018

Mengompos Dengan Metode Takakura

Separuh sampah rumah tangga adalah sampah organik.Dengan mengompos sampah organik di rumah berarti kita telah menyelesaikan 50% masalah sampah di rumah. Metode Takakura cocok dilakukan di rumah meski tak punya pekarangan karena komposter Takakura bisa disimpan di dalam rumah sehubungan tidak menimbulkan bau. Apa saja yang perlu disiapkan?
1. Keranjang dengan lubang-lubang kecil (saya pakai keranjang cucian)
2. Dus bekas untuk pelapis bagian dalam
3. Kain perca untuk membuat bantal sekam atas dan bawah
4. Sekam untuk bantal sekam dan campuran kompos.
5. Bibit kompos (dibuat cukup sekali saja di awal)
CARA MEMBUAT BIBIT
Untuk satu komposter dibutuhkan : 1kg dedak (huut), sekam sebanyak 4x volum dedak, tanah subur minimal 1x volum (saya sih pakai 3 volum), 100gr gula dalam 250 ml air, air secukupnya.
1. Campur dedak, sekam, tanah dan air gula
2. Tambahkan air sampai campuran dapat dikepal namun air tidak menetes
3. Masukkan ke dalam karung, aduk sekali sehari
4. Setelah 1-2 hari campuran akan terasa hangat, bila tidak hangat bisa ditambahkan sebotol yakult (boleh merk lain ya)
5. Setelah 4-7 hari, bibit siap digunakan.
PERAKITAN KOMPOSTER
1. Lapisi bagian dalam keranjang dengan dus  bekas
2. Simpan bantalan sekam di dasar keranjang untuk menjaga suhu serta menyerap lindi
3. Masukkan bibit kompos sampai 2/3 bagian keranjang (jumlah bibit di atas pas untuk starter 1 komposter)
4.Tutup bagian atas dengan bantal sekam lagi untuk menjaga suhu kompos tetap hangat, Simpan sekop kecil di atasnya.
5.Tutup dengan tutup keranjang
MANUAL PENGGUNAAN
1. Buka tutup keranjang, bantal atas
2. Gali kompos dengan sekop kecil, masukkan sampah organik yang telah dipotong-potong.
3. Kubur kembali dengan kompos di sekitarnya.
4. Tutup kembali dengan bantal sekam dan tutup keranjang
5. Sampah organik dapat dimasukkan Ke dalam keranjang setiap hari dengan kapasitas maksimal 2 kg per hari
6. Bila sudah penuh (1-6 bulan,  tergantung banyaknya sampah organik) kompos dapat diambil sebagian untuk dijadikan pupuk maupun bibit. Sebagian lagi dibiarkan menjadi starter dalam komposter.
7. Bila tercium bau tak nyaman, tambahkan sekam.
Selamat mencoba 😉

Minggu, 07 Januari 2018

Beraninya Orang ZW (Memungut Sampah Organik)

Wuih...hari ini saya benar-benar terpana membaca postingan salah satu anggota grup zero waste. Bagaimana tidak? Dia dengan PDnya meminta pemilik usaha terdekat untuk mengumpulkan sampah organiknya yang kemudian akan dia kompos.
Huhu...terharu sekali saya. Saya sih sudah merasa senang, bangga (berjuta rasa pokoknya) bisa ngompos sampah organik sendiri. Sampah organik orang? Biar mereka sendiri yang bertanggung jawab. Hihi...egois sekali ya? Tapi gimana lagi? Saya belum mampu kalau sampai ngurus sampah organik orang.
Siapakah orang ZW yang gagah berani tadi? Maaf saya belum izin menyebarluaskan namanya. Pokoknya seseorang di benua Amerika 😉
Belum bisa jadi bagian dari solusi persampahan? Minimal jangan nambah masalah. Yuk kita bertanggung jawab dengan sampah sendiri!

Minggu, 08 Oktober 2017

Berbenah Juga Ternyata Ada Ilmunya

Sejak kecil hingga sekarang saya tidak rajin dalam urusan berbenah, namun saya sudah bosan dengan hidup berantakan. Meskipun demikian, seberapa lama pun saya menyisihkan waktu untuk berbenah, hasilnya tetap saja : tak pernah selesai. Rumah yang sesekali dibenahi asisten, rapinya tak pernah bertahan lama. Waktu anak masih kecil seringkali anak dijadikan alasan atas rumah yang selalu berantakan. Namun, setelah anak cukup besar, keadaan tak jauh berbeda.

Suatu hari saya berjumpa sebuah buku yang ditulis Marie Kondo berjudul “The Life-changing magic of tidyng up, Seni Beres-beres dan Metode Merapikan ala Jepang”. Saya baru tersadar bahwa berbenah pun ada ilmunya. Marie Kondo bahkan sampai membuka kelas berbenah. Tak jarang pula ia diundang sebagai konsultan untuk beres-beres.

Petualangan Marie Kondo dalam mengkaji dan memraktikan beres-beres akhirnya melahirkan sebuah metode yang dikenal dengan “Metode KonMarie”. Prinsip dasarnya adalah hanya menyimpan barang-barang yang membangkitkan kegembiraan. Langkah awal yang harus dilakukan adalah mengumpulkan barang yang satu kategori kemudian pegang satu persatu lalu rasakan chemistrynya. Jika barang yang dipegang membangkitkan kegembiraan, maka simpanlah. Akan tetapi jika tidak, enyahkanlah (bisa dibuang atau disumbangkan). Lepaslah dengan penuh keikhlasan.

Berbenah ala KonMarie sebaiknya dilaksanakan sekaligus. Mulailah beres-beres dari kategori paling mudah ke kategori lebih sulit. Urutan yang disarankan yaitu pakaian, buku, dokumen dan kertas, pernak-pernik, lalu disusul dengan barang-barang sentimental.


Ah,memangnya apa pengaruh berbenah terhadap kehidupan kita? Banyak tentunya. Dengan berbenah kita bisa menemukan passion kita sebenarnya. Berbenah juga melahirkan kebahagiaan serta kesehatan dan kebugaran fisik. Untuk lebih jelasnya, silakan baca bukunya. Tak harus selalu membeli tentunya. Buku bisa kita pinjam dari perpustakaan atau teman. Untuk teman-teman sekitar Bandung, mari saling meminjam bukuJ.